Ibu Profesional, IIP, Tak Berkategori

Kelas Kupu – Kupu : Check In

Bismillah ..

Memasuki minggu ke – 4 di Kelas Kupu – Kupu, dikenalkan dengan istilah Check In. Check in berfungsi untuk mengetahui sampai dimanakah hubungan mentor dan mentee. Kegunaan lainnya adalah, agar tidak terlalu jauh ‘tersesat’ dalam mentorship. Jadi harus sesuai dengan mind map.

Setelah beberapa saat saya mengobrol dengan mentor, bahwa kami -saya dan mentor- merasa nyaman dengan cara kami berkomunikasi dan cara saya untuk berkonsultasi hasil foto. Bahkan saat seminggu yang lalu, saya sempatkan setor hasil foto makanan.

Hasil foto diatas, sudah melalui beberapa kali foto dan edit. Sesuai dengan arahan mentor. Sangat senang dengan arahan sang mentor. Step by step jelas. Dan bisa membuat saya memperhatikan hal detail yang biasa terlupakan. Kurang lebih…araha beliau seperti berikut :

Beliaupun juga menanyakan pada saya, apakah dengan style belajar sepertu itu membuat saya nyaman ? Bila iya…lanjut terus hingga akhir progran. Masyaa Allah, senang sekali hati ini.

Pendampingan yang beliau berikan pada saya, sesuai dengan kebutuhan saya. Biasanya… saya setor foto atau menanyakan beberapa hal tentang fotografi pada jam yang telah kita sepakati. Dan karena kami berdua ada kegiatan lain, biasanya menjelang malam diatas pukul 20.00 kami bertemu by messanger. Sejauh ini, kami berdua bisa mengerti tentang kesibukan masing-masing. Tetap menyempatkan waktu untuk mentoring di kelas kupu-kupu. Oiya…kami memilih waktu malam hari..setelah jam 20.00…bahkan kadang kami baru nhobrol jam 2q.00, karena di awal mentoring, saya menanyakan langsung pada beliau, jam berapa saat yang tepat kami bisa bertemu dan ngobrol. Sehingga saya sebagai mantee bisa mengkondisikan kegiatan saya sebelumnya. Dan menurut saya akan menjadi efektif. Tidak terlalu lama chit chat. Ngobrol yang perlu dan saya bisa mendapat feedback yang baik. Menurut saya juga masuk akal ketika diawal saya langsung menanyakan kepada beliau, waktu yang tepat untuk berkonsultasi atau mentoring. Sehingga waktu yang kami gunakan bisa berkualitas. Tanpa mengesampingkan hal utama dalam keluarha kami -saya dan mentor-.

Insyaa Allah, program ini akan kami jalani dengan senang hati hingga berakhir Kelas Kupu-Kupu.

Bunda Sayang, Ibu Profesional, IIP

Mendidik Kecerdasan Finansial Sejak Dini – Game 8 Day 12

Beberapa hari yang lalu ananda pergi ke Sampang. Bersama teman-temannya…menginap di salah satu rumah temannya disana. Kebetulan orang tuanya tugas dinas disana. Sekalian anak-anak bisa tour hospital salah satu rumah sakit di Sampang.

Dapat sehari…ananda mengirimkan banyak foto kegiatannya. Termasuk juga saat jalan-jalan ke salah satu spot pantai yang indah untuk menikmati matahari terbenam.

Sesampai di rumah…langsung saja saya tanyakan pengeluaran uangnya selama pergi.

Ananda cerita selama disana tidak terlalu banyak keluar uang. Ananda belanja sedikit sekali antara lain :

Es Krim = Rp. 6.000

Es Jeruk = Rp. 4.000

Air kemasan = Rp. 2.500

Lha apakah tidak makan atau beli camilan ? Biasanya khan anak-anak suka camilan. Ternyataaaa….masing-masing anak membawa potluck. Ananda bawa ayam ungkep buatan saya, temennya ada yang membawa kebab, teh kemasan botol, camilan. Trus dimakan bebarengan. Dan juga tuan rumahnya…saking senengnya didatangi anak-anak sudah menjamu untuk makannya. Anak-anak saling membantu masak…membuat sarapan dimakan bersama. Salah satu pembelajaran disini adalah anak bisa menempatkan diri saat menginap du rumah orang lain. Ikut membantu memasak dan membersihkan rumah.

Saya pun penasaran…kok uang sakunya irit sekali. Ananda bilang…”lha semuanya juga udah ada. Sudah kentang juga waktu sarapan. Ya buat apa beli jajanan. Sangu jajan juga masih ada.”

Ooo…begitu ceritanya. Ananda mulai paham dan bisa membatasi keinginan. Karena kadang saya pernah melihat anak yang sukanya beli makanan tetapi enggak dimakan. Ananda memang saya biasakan untuk selektif membeli makanan. Meski suka atau doyan banget…saya mengatakan cukup satu saja. Dimakan dulu. Bila masih lapar atau pengen lihat kondisi keuangan…bosa beli kembali atau tidak. Dengan menerapkan seperti ini ananda biasanya cukup membeli satu saja. Dan tidak berlebih.

Bunda Sayang, Ibu Profesional, IIP

Mendidik Kecerdasan Finansial Sejak Dini – Game 8 Day 11

Hari ini…ananda bersama teman-temannya pergi ke Sampang Madura. Ceritanya nih….ikut salah satu orang tua temannya untuk mengisi sisa liburan. Disana nanti ananda dan teman-temannya akan pengamatan ke rumah sakit, lihat kerja di bidang kesehatan. Dan tentunya ada sesi jalan-jalannya.

Sebelum berangkat, ananda bertanya masalah uang saku. Karena cuman 2 hari saja, saya memberinya uang saku Rp. 100.000. Tentunya….ada bawaan camilan dan ayam ungkep buatan perdana saya untuk dijadikan tester saat esok sarapan.

Tentang uang saku untuk bepergian…saya jadi penasaran. Ketika pulang nanti akan saya tanya…uang saku tersebut digunakan untuk apa saja. Tujuannya agar ananda bisa mengatur keuangannya yang terbatas. Apakah bisa berhemat…atau dihabiskan ? Saya juga penasaran…ananda bawa ‘uang serep’ gak ya ? Karena setiap ananda diberi uang saku oleh Eyangnya…ananda selalu simpan sendiri. Selama ini saya tau uangnya dipergunakan untuk apa. Ananda yang cerita kepada saya. Bukannya saya ikut campur ya…tetapi sekalian ‘praktek’ ananda kelola uangnya.

Selain mendapat uang saku dari Eyangnya…ananda mendapatkan uang dari hasil jualan di sekolahnya. Tidak setiap hari berjualan. Hanya hari tertentu saja. Dan ananda pengertian kepada teman-temannya untuk bergantian dagang. Agar semua temannya yang berdagang bisa laku jualannya.

Memang yang masih belum saya ajarkan pada ananda adalah mencatat keuangan. Insyaa Allah setelah ananda pulang dari Sampang, saya harus memulai untuk mengajarkannya catat pemasukan dan pengeluaran uangnya. Secara sederhana saja. Minimal ananda tahu posisi keuangannya.

Mmmm…baru juga beberapa jam yang lalu ananda berangkat ke Sampang…saya udah kangen nih.

Hehehehe….

Bunda Sayang, Ibu Profesional, IIP

Mendidik Kecerdasan Finansial Sejak Dini – Game 8 Day 10

Sepulang mengambil pesanan box untuk coklat, kami melewati area militer. Dan berderet rumah dinas untuk anggota AD.

Kesempatan menjelaskan tentang rumah dinas dan hal yang berkaitan dengan masa pensiun.

“Kak…itu yabg sepanjang jalan …rumah hijau itu…namanya rumah dinas. Buat anggota Angkatan Darat.”

‘Maksudnya rumah dinas ?’

“Diberi fasilitas rumah untuk ditempati. Nah, dapat rumah dinas itu kesempatan untuk berhemat dan menabung.”

‘Kok gitu …kenapa harus menabung’.

“Iya…kalau dapat rumah dinas, khan pengeluaran untuk rumah seperti uang untuk kontrak bisa dialihkan untuk dimasukkan ke pos tabungan. Sehingga setelah dia keluar dari rumah dinas, bisa beli rumah untuk ditempati. Lha kalau dia tidak ada tabungan bagaimana dia bisa punya rumah untuk ditempati setelah keluar dari rumah dinas itu.”

‘Keluar dari rumah dinas itu karena apa Mi ?’

“Bisa karena pindah tugas atau pensiun. Nah masa pensiun itu harus dipersiapkan. Semasa masih bekerja dan berpenghasilan, sebagian penghasilan bisa ditabung di tabungan khusus pensiun. Jadi ketika pensiun…tetap ada uang. Singkatnya begitu kak.”

‘O jadi semuanya itu sebaiknya dipersiapkan ya Mi’.

“Iya… tidak hanya masalah sekolah aja. Karena setelah selesai sekolah, dan bekerja….yang perlu dipikirkan adalah dana pensiun.”

‘Oh…ok…tapi buat aku masih lama khan..’

“Iya…Mami memberi masukan ke kakak…bahwa dalam hidup…kita juga kudu cerdas finansial atau keuangan.”

Sedikitnya saya memberi gambaran pada ananda bahwa sebaiknya semua hal masa depan harus direncanakan, termasuk masalah finansial.

Bunda Sayang, Ibu Profesional, IIP

Mendidik Kecerdasan Finansial Sejak Dini – Game 8 Day 9

Belajar dari pengalaman….

Ceritanya….hari ini ananda pergi bersama beberapa teman-temannya. Biasanya kalau kami -saya dan anak- pergi, sebelumnya kami tentukan tujuannya dan akan melakukan aktivitas apa saja. Sampai dalam hal bila membeli sesuatu, dari rumah sudah kami rencanakan akan membeli apa dan sedapat mungkin taat akan rencana. Kalaupun membeli sesuatu harus mengingat kebutuhan.

Setelah ananda berangkat bersama temannya. 1 jam kemudian ananda memberi kabar kalau pulangnya sore. Dengan alasan menonton film. Oke…saya memperbolehkan. Tapi…sepertinya tidak ada rencana menonton film. Oke lagi…nanti setelah sampai rumah akan coba bertanya.

Dan…jam yang telah kami sepakati…ananda sudah sampai rumah. Terkejutlah saya karena ananda membeli 2 buah buku. Aturan dalam keluarga kami, kalau membeli buku maksimal 1 buku dalam 1 bulan. Lha ini sampai 2 buku. Mmmm…ananda sudah harus dimulai untuk mengatur keuangannya. Meski beberapa hari yang lalu ananda sudah mengenal ‘keinginan’ dan ‘kebutuha ‘…sepertinya hari ini konsep tersebut lupa. Hehehe…memang kami kalau ke toko buku…kadang suka kalap. Menunggu wakti yang tepat untuk ngobrol dengan ananda dan meminta penjelasannya.

Okelah…kami duduk berdua ….

“Kakak tadi jadi main di transmart? Main apa aja ?”

‘Iyaaa…tadi coba roller coaster. Ih rada-rada ngeri deh Mi…cuman 2 putaran. Gimana kalo roller coaster yang beneran yang guede itu ya Mi’

“Lebih serem lah kak. Oiya…tadi ke toko buku beli buku ini ? (Sembari menunjukkan buku yang dibeli)…trus belanja apa lagi ?” **karena melihat terselip tas plastik kecil.

‘Mmmm…tadi beli buku 2…trus maem…trus main …trus nonton…’

“Coba deh kakak hitung pengeluarannya berapa…”

‘Huhuhuhu…kayaknya banyak banget deh Mi…’

“Coba dihitung dulu…”

‘Buku 110, nonton 30, maem 21, masker muka dll 30….kayaknya abis 200 deh Mi…banyak ya.’

“Lah…itu makanan yang dibawa pulang belum diitung…”

‘Haaaa…iya….banyak banget ya pengeluaran hari ini…’

Saya tetep kalem…karena menurut saya…kalau ananda sudah mengakui bahwa dia berlebih dengan uangnya…saya mencoba untuk menerapkan pendidikan konsekuensi.

“Kakak sudah hitung khan pengeluaran hari ini? Banyak khan? Karena kakak belanja yang diluar rencana. Hal seperti ini harus dihindari kak. Bila pergi..meskipun sekedar jalan-jalan kita juga harus perhitungan. Kalau dari rumah tidak ada rencana membeli buku ya sebaiknya tidak membeli buku. Apalagi pengeluaran hari ini melebihi budget. Jadi sebaiknya sampai bulan depan kakak tidak membeli buku dulu.”

‘Iya Mi….uang ngumpulin sisa uang saku dan kemarin diberi ama eyang…tinggal segini…’.

“Coba kakak mulai diatur keuangannya. Kakak harus mulai pisah…untuk tabungan pribadi, untuk membeli alat tulis dan keperluan sekolah, untuk sosial kalau nanti di sekolah ada urunan untuk yang sakit atau lainnya, dan jangan lupa…infaq dan shodaqoh ya kak. Dan juga kakak lebih bisa membedakan mana ‘keinginan’ dan ‘kebutuhan’. Bila kakak sudah terbiasa mengetahui 2 hal itu…dan disesuaikan dengan uang yang kakak punya…Insyaa Allah kakak lebih bijak dengan uang.”

‘Iya Mi…mmmm berarti bulan depan anteng di rumah aja ya Mi’.

“Sebaiknya begitu. Eh…gimana rencana kita ? Kalau masuk sekolah nanti..jadi bikin tester Rice Box ? Bismillah ada peminat…kakak catat siapa yang pesan.”

‘Iya mi…bikin beberapa aja dulu…tapi nanti aku jualannya selain hari Senin dan Kamis ya Mi…’

“Iya..Senin dan Kamis khan diusahakan puasa”.

‘Sip…ntar untungnya aku tabung ya Mi…’

“Boleh…silahkan.”

Begiulah obrolan kami malam ini. Kadang saya harus melihat kesalahan ananda…dan mengajaknya untuk belajar dari kesalahan itu. Membantunya untuk berpikir dari kesalahan itu apa yang harus dibenahi ya… Meski sudah tahu konsekuensinya…hal yang harus kita hindari akhirnya kejadian juga. Tahu yang dilakukan itu salah…tahu konsekuensinya dan tahu apa yang harus diperbuat oleh ananda dan ananda belajar dari kejadian itu…saya berharap ananda jadi lebih bijak lagi.

Bunda Sayang, Ibu Profesional, IIP

Mendidik Kecerdasan Finansial Sejak Dini – Game 8 Day 8

Berbicara masalah finansial…berujung pada…hutang. Apalagi kemudahan perbankan memberikan fasilitas kartu kredit berdampak memudahkan nasabahnya mendapatkan barang yang diinginkan. Bila tidak bijak dalam mengelola hutang…juga membayarnya bisa berujug pada jumlah hutang yang menjadi besar dan bisa jadi penyitaan atas benda yang dibeli dengan sistem hutang tersebut.

Di lingkungan kami…beberapa kali pernah ditemui yang akhirnya berurusan dengan hutang. Mulai dari ‘gali lubang tutup lubang’ dalam melunasi hutangnya…hingga berurusan dengan debt collector.

Pernah sekali pengalaman didatangi debt collector. Eits…bukan saya yang berhutang, tetapi orang yang mengontrak rumah yang kami tempati yang melakukan hutang dan melakukan penunggakan pembayara hutang. Cukup sekali menghadapi debt collector ? Oooo…tidak. Sampai 2 kali menghadapi debt collector yang datang ke rumah. Bersyukur mas-mas debt collector ini sopan saat bertamu. Dan saya bisa menunjukkan identitas dan bukan saya yang berhutang. Meski alamatnya benar. Karena yang melakukan adalah penghuni sebelum kami sekeluarga tinggal di rumah tersebut.

Berdasarkan pengalaman itulah, penting membekali ananda pengetahua tentang hutang dan menyinggung sedikit tentang kartu kredit.

Saya menjelaskan pada ananda tentang hutang. Memang diatur dalam agama kami. Saya berikan ananda QS Al Baqarah ayat 282. Ayat terpanjang dalam Al Quran…membahas tentang hutang. Berarti ada penekanan kuat yang Allah sampaikan pada hambaNya untuk berhati-hati dengan hutang. Ananda menjadi tahu, bahwa dalam kehidupan beragama kami, hutang pun diatur.

Sedari awal…saya tidak menyarankan ananda untuk berhutang. Saya lebih menekankan untuk menabung agar bisa membeli barang yang dibutuhkan tanpa berhutang. Saya mengambil contoh dengan membeli mobil. Cari contoh yang mudah, karena ananda sedang tertarik dengan salah satu merek mobil Eropa. Sekali lagi saya menekankan untuk menabung bila membutuhkan sebuah barang. Bila tabungan hanya cukup membeli mobil bekas, ya pilih penjual yang amanah, bisa menyediakan kendaraan yang baik. Saya sebutkan 2 nama perusahaan jual beli mobil bekas yang pernah kami membeli kendaraan. Dan Alhamdulillah, barangnya bagus.

Menjelaskan hal itu juga memberikan pengertian kepada ananda untuk tidak berlebih dalam menginginkan sesuatu. Sesuaikan dengan kebutuhan serta anggaran membelinya.

Semoga kelak anak turun kami bebas dari hutang. Aamiin…

Bunda Sayang, Ibu Profesional, IIP

Mendidik Kecerdasan Finansial Sejak Dini – Game 8 Day 7

Menabung di Bank….

Sudah menjadi keinginan saya…ketika punya anak..segera dibukakan tabungan di bank. Nabunglah sedini mungkin. Dan saat ananda lahir….Alhamdulillah bisa saya wujudkan. Dan saya rutin menabung tiap bulannya.

Nah sepertinya sudah menjadi kebiasaan saat Hari Raya Idul Fitri, beberapa sanak saudara memberikan amplop berisi uang kepada ananda dan saudara-saudaranya. Apresiasi karena berpuasa di bulan Ramadhan atau para eyang berbagi rejeki kepada cucu-cucunya. Kalau dahulu ananda masih kecil, belum mengerti tentang uang, semua pemberian itu saya masukkan ke tabungan ananda di bank. Sesuai amanah yang memberi, “untuk Icha” pesan eyang-eyangnya ananda. Jadi wajib bagi saya memasukkannya ke tabungan ananda. Setelah ananda beranjak besar, sudah mengerti tentang uang. Sebelum berkumpul dengan keluarga besar…ananda diberi nasehat. Antara lain : bersyukur kepada Allah, mengucapkan terima kasih kepada eyang yang memberi, dan langsung memasukkan amplop dalam saku atau dompetnya…soalnya kalau langsung di buka didepan si pemberi..kok kurang sopan menurut saya. Setelah itu..biasanya saya menemaninya membuka semua amplop…dan bertanya “sekarang uangnya mau untuk apa ?”. Ngetes nih judulnya. Karena saya tahu…saat itu ananda tidak membutuhkan apa-apa…saya arahkan untuk menabungnya di bank. Ananda biasanya akan melakukan negosiasi, “jangan semuanya ya Mi, sebagian aku bawa ya…”. Dan saya memperbolehkan. Karena ananda menyampaikan kepada kami -orang tuanya- bahwa sebagian masuk dalam tabungan bank, yang dia bawa hanya sekitar 20% saja, biasanya untuk membeli buku atau spidol dan sejenisnya. Untuk membeli buku atau spidol juga sepengetahuan kami, membelinya juga bersama kami. Kami bisa mengerti, karena saat ini ananda sedang belajar untuk menulis indah semacam hand lettering.

Jadi…memang sebagian pemberian di saat Hari Raya Idul Fitri, ananda kami arahkan untuk ditabung di tabungan bank, salah satu tujuannya adalah untuk biaya pendidikan ananda di jenjang selanjutnya.

Mmmm….sepertinya yang berikutnya adalah mengajarkan ananda tentang uang plastik, atau kartu atm. Karena beberapa kali ananda mengetahui kalau kami menggunakan atm atau kartu debit untuk transaksi. Mmm…harus lebih bijak nih. Apalagi sekarang saya lebih mengutamakan pembayaran tunai bila berbelanja. Tunggu esok ya…Insyaa Allah akan jadi tugas saya selanjutnya…

Bunda Sayang, Ibu Profesional, IIP

Mendidik Kecerdasan Finansial Sejak Dini – Game 8 Day 6

Setelah bulan Januari 2018 kami kembali menempati rumah kami berjarak 13 km dari pusat kota, tentunya berbeda sekali dengan saat kami masih berada di tengah kota. Terutama kemudahan untuk mendapatkan berbagai macam pilihan barang yang kamu butuhkan.

Sewaktu tinggal di tengah kota…kami dengan mudah dihadapkan beberapa pilihan tempat berbelanja dan beragam jenis barang. Sedangkan setelah pindah rumah, saya mengandalkan warung tetangga. Seringnya ananda saya suruh belanja di warung dekat rumah.

“Kenapa harus beli di Warung Uti ?”, tanya ananda ketika saya suruh membeli telur.

‘Karena Uti jual telur, dan lagi khan dekat..tinggal jalan kaki aja. Kita bisa lebih berhemat kak. Tidak perlu keluar kendaraan….pakai kendaraan khan kita juga keluar biaya..biaya bahan bakar’.

“Oh iya ya Mi…cepet juga ya..”, ananda menimpali.

‘Iya, perhatikan juga waktu. Kalau kita beli di pasar atau swalayan langganan kita…khan membutuhkan waktu…belum lagi harus bayar parkir’.

“Belum lagi…aku sukanya beli cemilan…”, sahut ananda sambil tertawa.

‘Nah itu dia kakak tau. Khan bisa dihitung berapa rupiah kita bisa berhemat. Selain itu kita perlu juga untuk memajukan ekonomi sekitar kita. Kalau ada tetangga jual…dan yang dijual itu kita butuh…kita bisa beli di tetangga kita itu.’

“Mmm…selain berhemat kita bisa saling berkunjung ke tetangga ya Mi.”

‘Iya kak, jadi dengan keluarga juga guyup rukun. Apalagi…ini juga bisa untuk latihan kakak berkomunikasi dengan orang lain.’

Demikianlah saya mengajarkan pada ananda untuk bisa mempertimbangkan belanja di warung tetangga. Karena ada kebaikan dan beberapa hal yang dapat dihemat.

Bunda Sayang, Ibu Profesional, IIP, Tak Berkategori

Mendidik Kecerdasan Finansial Sejak Dini – Game 8 Day 5

Ke Pasar Tradisional….beberapa kali mengajak ananda belanja bahan makanan ke Pasar Tradisional. Seperti yang sudah saya prediksi…ananda langsung mengernyitkan dahi..tutup hidung. Memang tidak protes setelahnya. Tetapi sebelum ke pasar, ananda sudah saya beri tau kondisi pasar tradisional. Memang sangat berbeda dengan berbelanja di swalayan yang berukuran besar di tengah kota. Justru setelah ananda pernah belanja di swalayan…tahu harga-harganya…kemudian saya ajak ke pasar tradisional…dengan harga yang terjangkau dengan kondisi bahan makanan yang juga segar dan bagus….akan membuat ananda berpikir ulang untuk bisa melakukan penghematan.

Sembari berkeliling pasar…biasanya saya juga menunjukkan pada ananda cara memilih bahan makanan yang segar dan baik. Baik untuk sayuran, ikan atau daging.

Seringnya ananda saya ajak ke Pasar Jetis. Pasar Jetis ini ada di tengah kota, mudah untuk parkir dan yang saya paling suka adalah pasarnya tidak terlalu besar tetapi lengkap. Dan saya sudah punya langganan tempat belanja. Nah disini ananda juga saya beri tahu pedagang-pedagang mana yang sering saya jadikan langganan. Saya tunjukan juga kenapa saya memilih pedagang tersebut. Seringnya saya memilihnya karena tempatnya bersih, yang dijual juga segar dan bagus, dan penjualnya ramah.

Apalagi untuk.membeli ikan. Ananda saya ajak ke lapak pedagang ikan langganan. Saya jelaskan kalo disitu bisa minta ikannya dibersihkan sisiknya dan sekalian dipotong. Apalagi langganan saya ini kalau membersihkan sisik ikan benar-benar bersih. Ikan yang dijual juga kondisinya segar.

Dibalik saya belanja di pasar tradisional…saya juga mengajarkan ananda untuk lebih berpihak pada penjual lokal. Apalagi di pasar tersebut ada penjual yang sudah sepuh. Saya bisa mengajarkan empati pada ananda. Untuk membantu mereka lebih baik membeli dagangannya. Juga mengajarkan bahwa meski mereka sudah sepuh (tua) mereka ingin produktif dan ada kegiatan yang bermanfaat bagi sesamanya.

Sekarang ananda sudah mengerti, bahwa berbelanja di pasar tradisional lebih hemat, membantu perekonomian rakyat serta belajar empati terhadap sesama.

Bunda Sayang, Ibu Profesional, IIP

Mendidik Kecerdasan Finansial Sejak Dini – Game 8 Day 4

Kak Seto dalam tulisannya 7 Pelajaran Keuangan bagi Anak Anda, menjabarkan bahwa anak adalah pantulan gambar yang muncul ketika orang tua bercermin.

Salah satu caranya adalah dengan menjalin komunikasi dengan anak tentang sekolah yang dituju, berapa lama waktu pencapaiannya dan kegiatan ekstrakurikuler yang anak ikuti dapat memberikan gambaran pada orangtua tentang besaran biaya yang diperlukan serta memberikan informasi pada anak tentang proses pencapaian suatu tujuan.

Sebulan yang lalu…ananda menerima rapot kenaikan kelas 9. Ya ananda akan memasuki kelas 9. Insyaa Allah, tahun depan ananda melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kami pun berbincang dengan ananda mengenai strateginya saat memasuki jenjang kelas 9.

Antara lain :

Perlukan ananda mengikuti pelajaran tambahan di luar sekolah ?

Setelah lulus nanti, ingin melanjutkan ke sekolah mana ?

Yang paling mendekati dan harus dipersiapkan bagaimana lulus SMP dengan nilai baik. Tentunya usaha belajar dan usaha mendekatkan diri kepada Allah. Beberapa waktu yang lalu, kami membahas tentang apakah ananda membutuhkan pelajaran tambahan di luar sekolah ? Atau cukup belajar dari buku soal-soal ujian tahun lalu dan prediksi soal-soal ujian.

Ananda berpendapat, bahwa ananda butuh pelajaran tambahan di luar sekolah dengan cara mengikuti bimbingan belajar. Alasan ananda, dengan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah, ananda bisa lebih paham dengan pelajaran yang akan diujikan. Memang beberapa bulan lalu, ananda sempat mengalami kesulitan memahami pelajaran sekolahnya. Mmmm..pelajaran jenjang SMP seperti zaman saya SMA. Oiya….sebelumnya saat ananda kelas 6 SD, ananda belajar sendiri di rumah, dengan mengerjakan soal-soal ujian tahun lalu dan predisksi soal ujian. Nah giliran sekarang akan menghadapi ujian kelas 9 nanti, ananda ingin mencoba belajar melalui lembaga bimbingan belajar.

Kami pun membahas…lembaga bimbingan belajar mana yang akan dipilih oleh ananda. Lokasi bimbingan belajar, faktor jam belajarnya, cara mengajar guru bimbelnya sampai akhirnya pada besarnya biaya yang akan kami keluarkan untuk mengikuti bimbingan belajar tersebut. Tentunya untuk saat ini dan beberapa minggu ke depan rencananya kami akan mencari info bimbingan belajar di kota kami.

Disinilah pentingnya kami -saya dan ananda- membahas tentang lembaga bimbingan belajar, keunggulan dan kekurangannya serta besaran biaya yang akan kami keluarkan. Tentunya dengan biaya yang kami keluarkan, kami berharap sesuai dengan ekspektasi kami yaitu ananda semakin paham dengan pelajaran yang akan diujikan.